dc.contributor.author | Kaban, Sri Melinda | |
dc.date.accessioned | 2022-08-19T01:29:34Z | |
dc.date.available | 2022-08-19T01:29:34Z | |
dc.date.issued | 2022 | |
dc.identifier.uri | https://repository.usu.ac.id/handle/123456789/4692 | |
dc.description | Sri Melinda Kaban | en_US |
dc.description.abstract | Defisiensi Penglihatan Warna atau sering juga disebut buta warna merupakan penyakit yang sudah umum dijumpai. Defisiensi penglihatan warna mempengaruhi 8% pria keturunan Eropa. Prevalensinya lebih rendah pada kelompok etnis lain dan jauh lebih rendah pada orang perempuan. Adapun Defisiensi Penglihatan Warna terbagi menjadi Defisiensi Penglihatan Warna bawaan dan didapat. Beberapa obat-obatan dapat menginduksi Defisiensi Penglihatan Warna yang didapat seperti Digoxin, Vigabatrin, Carbamazepine, Tamoxifen dan lain sebagainya. Obat-obatan ini diketahui bisa mengakibatkan defisiensi penglihatan warna yang reversibel, akan menghilang saat terapi dihentikan. Meskipun demikian belum diketahui mekanisme khusus pasti pengaruh obat-obatan ini terhadap sel kerucut (cone) mata yang memberi persepsi warna pada penglihatan dan mengakibatkan defisiensi penglihatan warna. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Obat | en_US |
dc.subject | Defisiensi Penglihatan Warna | en_US |
dc.title | Obat dan Defisiensi Penglihatan Warna | en_US |
dc.type | Lecturer Papers | en_US |