Analisis Ekonomi Usaha Kerajinan Sapu Ijuk (Studi Kasus : Pengrajin Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara)
Abstract
Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2002. Penentuan daerah penelitian didasarkan bahwa daerah ini adalah sentra produksi terbesar di Kabupaten Deli Serdang.
Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling. Populasi dikelompokkan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam memeproduksi sapu ijuk. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 30 kepala keluarga.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui dañar kuisioner dan wawancara langsung dengan pengusaha sampel dari daerah penelitian.
Dari penelitian diperoleh hasil: 1 Komponen biaya produksi usaha kerajinan sapu ijuk yang terbesar adalah biaya bahan pembantu.
Jumlah rata-rata masing-masing biaya produksi usaha kerajinan sapu ijuk per 1000 sapu ijuk dari tertinggi ke terendah adalah: biaya bahan pembantu sebesar Rp. 1108.611 {35,28 %), biaya tenaga kerja Rp. 1.070.545 (34,07%), biaya
bahan baku sebesar Rp. 960.679 (30,58 %), dan biaya penyusutan sebesar Rp.
2.113(0,07%).
2. Usaha kerajinan sapu ijuk memberi keuntungan, baik dilihat dari ukuran pendapatan bersih maupun pendapatan tenaga.
Pendapatan bersih (profit) yang diterima pengusaha dalam usaha kerajinan sapu ijuk berdasarkan skala usaha per 1000 sapu ijuk dalam satu bulan tertinggi diperoleh skala usaha kccii sebesar Rp. 493.872 disusul skala usaha rumah tangga sebesar Rp. 326.474, dan skala usaha menengah Rp. 241.788. Berdasarkan jenis sapu ijuk pendapatan bersih tertinggi terdapat pada sapu ijuk tempahan yaitu Rp. 413.116 ; kemudian sapu ijuk kodian Rp. 294.973. Secara keseluruhan pendapatan bersih usaha kerajinan sapu ijuk ini adalah Rp. 354.045. Pendapatan tenaga per 1000 sapu ijuk berdasarkan skala usaha dalam satu bulan tertinggi diperoleh skala usaha kecil sebesar Rp. 1.455.633, disusul skala usaha rumah tangga sebesar Rp. 1.440.153, dan skala usaha besar Rp. 1.291.789. Berdasarkan jenis sapu ijuk pendapatan tenaga tertinggi terdapat pada sapu ijuk tempahan yaitu Rp. 1.651.348 ; kemudian sapu ijuk kodian Rp. 1.140.368. Secara keseluruhan pendapatan tenaga usaha kerajinan sapu ijuk ini adalah Rp. 1.399.034.
3. Usaha kerajinan sapu ijuk, layak untuk diusahakan baik ditinjau dari peningkatan nilai tambah, Revenue-Cost Ratio (R/C), dan Break Event Point (BEP). Nilai tambah usaha kerajinan sapu ijuk per 1000 sapu ijuk berdasarkan skala usaha adalah usaha kecil Rp. 1.545.322, skala rumah tangga sebesar Rp. 1.488 022, dan skala usaha menengah Rp. 1.225.000.
Berdasarkan jenis sapu ijuk nilai tambah yang diperoleh sapu ijuk tempahan Rp. 1.889.964, sapu ijuk kodian Rp. 998.868. Secara keseluruhan nilai tambah usaha kerajinan sapu ijuk ini berdasarkan jenis sapu yang dihasilkan adalah Rp. 1.444.416.
R/C berdasarkan skala usaha adalah skala usaha kecil 1,19; skala usaha rumah tangga 1,14 dan skala usaha menengah 1.08
Berdasarkan jenis sapu ijuk yang dihasilkan, R/C sapu tempahan 1,14; sapu kodian 1,13. Secara keseluruhan R/C usaha kerajinan sapu ijuk adalah 1,14.
BEP pendapatan skala usaha rumah tangga sebesar Rp. 186.975. skala kecil Rp. 70.752 dan skala menengah Rp. 47.798.
Berdasarkan jenis sapu yang dihasilkan BEP sapu ijuk kodian adalah Rp. 146.077 dan tempahan adalah Rp 57.086.
4. Masalah yang menonjol dalam usaha kerajinan sapu ijuk adalah dalam hal pengadaan modal.
Masalah yang timbul dalam usaha kerajinan sapu ijuk adalah: Fluktuasi pengadaan bahan baku, pengadaan modal dan persaingan dengan sapu plastik.
5. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah usaha kerajinan sapu ijuk adalah: menjadi pembeli tetap terhadap seorang pedagang ijuk, mengurangi jumlah produksi dan mengganti jenis sapu, dan memvariasikan jenis serta memperbaiki penampilan.