Pembentukan Dan Perkembangan Gereja Methodist Indonesia Di Pematang Siantar (1960-1985)
Abstract
Gereja Methodist adalah organisasi keagamaan yang memisahkan diri dari Gereja Kristen yang ada di Inggris. Ajaran Methodist pertama kalinya dikemukakan oleh seorang pendeta yang bernama Jhon Wesley. Pedoman –pedoman kekristenan gereja Methodist berpangkal dari ajaran John Wesley. Ajaran John Wesley telah tersebar di berbagai negara, yang akhirnya menjadi sebuah gereja yang otonom di negara-negara tersebut, seperti yang terjadi di Indonesia yaitu terbentuknya Gereja Methodist Indonesia yang memperoleh izin pada tahun 1964. gereja Methodist Indonesia mengembangkan jemaatnya melalui berbagai cara, antara lain kerohanian dan kehidupan dunia yaitu pendidikan. Hal ini menjadi nilai positif bagi Gereja Methodit Indonesia yang mengakibatkan gereja ini cepat dikenal oleh masyarakat, terutama di kalangan orang Tionghoa dan Batak Toba di Sumatera Utara. Besarnya jumlah orang Batak Toba yang menerima ajaran ini mengalahkan kelompok etnis lainnya, hal ini menjadikan banyak peran strategis dalam tubuh Gereja Methodist Indonesia yang diduduki oleh etnis Batak. Hal ini menimbulkan suatu kecemburuan, terutama di kalangan etnis Tionghoa, yang akhirnya membentuk distrik sendiri, yang dinamakan dengan distrik Tionghoa. Birokrasi Gereja Methodist Indonesia menilai hal ini merupakan suatu hal yang dapat merusak citra Methodist di masyarakat, sehingga konfrensi Agung yang diadakan tahun 1983 memutuskan distrik Tionghoa dihapuskan, maka sejak saat itu Gereja Methodist Indonesia tetap satu distrik.
Collections
- SP - History [227]