Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengendalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida
Abstract
Topik ini sangat penting bagi kita karena menyangkut industri pertanian secara luas, terutama di daerah-daerah pertanian dimana tenaga kerja merupakan faktor pembatas dalam proses produksi. Gulma atau sering juga disebut ‘tumbuhan pengganggu’ selalu dikendalikan oleh petani atau pekebun karena mengganggu kepentingan petani/pekebun tersebut. Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman utama terhadap kebutuhan sumberdaya (resources) yang sama yaitu unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Sebagai akibat dari persaingan tersebut, produksi tanaman menjadi tidak optimal atau dengan kata lain ada kehilangan hasil dari potensi hasil yang dimiliki tanaman. Kehilangan hasil tanaman sangat bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain kemampuan tanaman berkompetisi (beda jenis/kultivar berbeda kemampuan bersaing), jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma, teknik budidaya, dan durasi mereka berkompetisi. Kehilangan tersebut terbagi dua kategori, langsung dan tidak langsung. Gulma berpengaruh langsung terhadap tanaman utama dengan adanya kompetisi terhadap nutrient, air, dan cahaya. Gray dan Hew (1968) melaporkan bahwa Mikania micrantha HBK menyebabkan kehilangan hasil tanaman kelapa sawit sebesar 20% selama lima tahun. Pengendalian Ischaemum muticum L., jenis gulma rerumputan tahunan, mampu meningkatkan berat tandan buah segar sekitar 10 ton/ha dalam waktu tiga tahun (Teo et al. 1990). Penurunan produksi pada jagung RR tanpa pengendalian gulma dilaporkan sekitar 31% (Purba dan Desmarwansyah, 2008). Pengaruh tidak langsung gulma terhadap tanaman dapat menyebabkan terhambatnya aksesibilitas sehingga berakibat buruk terhadap efisiensi dan efektivitas pemupukan, sulitnya pengendalian hama/penyakit dan pekerjaan-pekerjaan lain. Pada tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit, pengendalian gulma sangat penting tidak saja karena terjadinya kehilangan produksi sebagai akibat dari persaingan tanaman-gulma terhadap sumberdaya (unsur hara, air, cahaya) tetapi juga karena adanya kehilangan hasil tidak langsung. Kehadiran gulma pada piringan (circle) kelapa sawit menyebabkan kesulitan penghitungan buah jatuh (brondolan) sebelum panen untuk menentukan kriteria panen. Sedangkan pada saat panen, brondolan yang tersembunyi diantara gulma di piringan sulit untuk dikumpulkan sehingga membutuhkan tenaga kerja tinggi atau akan terbuang percuma, dan kemudian malah dapat tumbuh menjadi gulma. Lebih dari itu, manajemen pemanenan, pemupukan, dan pengawasan lainnya juga akan terganggu jika gulma tidak dikendalikan dengan baik.