Pencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan KPK Dan POLRI (Analisis Framing Terhadap Pembentukan Citra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan Polri dan KPK Pada Surat Kabar Kompas)
Abstract
KPK dan Polri merupakan institusi yang memiliki otoritas untuk menangani/memeriksa para pelaku kejahatan termasuk tindak korupsi. KPK, meskipun masi baru dari segi usia namun sudah mampu menjadi momok menakutkan bagi para koruptor. Sedangkan Polri adalah institusi penegak hukum yang telah berusia tua dan dikenal masyarakat luas. Kedua lembaga pemerintahan yang diharapkan sebagai lembaga yang menyatukan masyarakat dalam keadilan justru tersandung perseteruan yang alot hingga menyedot perhatian bangsa Indonesia. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintahan pun mulai memudar. Untuk itulah peran Susilo Bambang Yudhoyono selaku kepala negara sangat penting dalam menyikapi perseteruan yang ada. Sikap yang ditempuh Presiden pada akhirnya menciptakan citra Susilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden di kalangan masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis berita tentang pencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam menyikapi perseteruan KPK-Polri di harian Kompas yang terbit selama bulan November 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui bagaimana surat kabar Kompas memaknai, memahami dan mengkonstruksi berita tentang Susilo Bambang Yudhoyono terkait perseteruan Polri dan KPK yang terjadi selama bulan November 2009. Serta untuk melihat media massa sebagai arena sosial yang dibentuk oleh harian Kompas melalui pemberitaan sikap presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait perseteruan Polri dan KPK selama bulan November 2009.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis Framing dari Gamson dan Modigliani. Analisis Framing Gamson dan Modigliani dipahami sebagai perangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu. Ada dua perangkat bagaimana ide sentral ini diterjemahkan ke dalam teks berita. Pertama, Framing Device (perangkat framing), perangkat ini berhubungan dan berkaitan dengan methapors, catchphareses, exemplaar, depiction, visual images. Kedua, Reasoning Devices (perangkat penalaran), perangkat ini berhubungan dengan Roots, appeals to Principle dan Consequences.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat adanya kecenderungan pemberitaan yang tidak berimbang, dimana wartawan lebih banyak menuliskan berita yang menyudutkan Presiden sehingga citra yang terbentuk cenderung negatif. Namun, Kompas juga tidak lupa menuliskan berita yang dikutip dari aktor-aktor yang mendukung, dan bersikap netral sehingga dengan ini Kompas menunjukkan eksistensinya sebagai media massa mampu digunakan sebagai arena sosial.
Collections
- SP - Communication [896]