Gerakan Mahasiswa Di Jakarta (1981-1990)
Abstract
Tidak ada yang menyangkal bahwa mahasiswa selalu ambil bagian dalam setiap perubahan. Sejarah kiranya telah mencatat hal ini. Dari berbagai literatur yang kita baca, nampak dengan jelas keterlibatan mahasiswa tersebut telah ada sebelum Indonesia menjadi sebuah negara. Dan, dilanjutkan setelah kemerdekaan berhasil dikumandangkan. Latar belakang utama bagi mahasiswa untuk mencatatkan peranannya dalam sejarah gerakan mahasiswa adalah adanya kesadaran sense of belonging terhadap kondisi di masyarakat.
Mahasiswa dengan kecakapan analisanya akan berontak dengan sendirinya, jika keadaan di sekelilingnya tidaklah sesuai dengan kaidah-kaidah kemanusiaan: terciptanya tatanan masyarakat yang adil, damai, sejahtera, dan demokratis. Artinya, mahasiswa sudah mempunyai pemikiran subyektif yang sewajibnya menjadi kenyataan di masyarakat.
Namun, perjalanan bangsa selalu mencatat bahwa tujuan-tujuan ideal mahasiswa, yang juga sudah digariskan sebelumnya oleh para pendiri bangsa (faunding fathers), tidaklah selalu berjalan dengan mulus. Kita melihat selalu ada kondisi-kondisi dimana masyarakat mengalami praktek dehumanisasi yang sangat hebat: kemiskinan.
Dengan latar belakang ini jugalah mahasiswa pada periode 1981-1990 di Jakarta kembali bergerak. Hanya saja metodenya berbeda dengan para pendahulunya. Ini tentunya sesuai dengan jiwa zaman (zeitgeist) yang ada ketika itu. Di satu sisi, bicara gerakan mahasiswa, maka tidak terlepas dari prestasi apa yang ditorehkannya. Prestasi ini sendiri bisa berupa ada atau tidak adanya sebuah momentum yang tercipta.
Pada tataran inilah gerakan mahasiswa 1981-1990 di Jakarta, sebagaiman juga di daerah lainnya, bisa dikatakan telah gagal dalam mengemban misi mulianya itu. Yaitu karena mereka tidak bisa menciptakan sebuah momentum. Seperti Peristiwa Malari pada gerakan mahasiswa 1974.
Namun di sisi lain, gerakan mahasiswa di Jakarta ini telah membuktikan bahwa mahasiswa tidaklah benar-benar “tidur”, meskipun di tengah-tengah tindakan represif pemerintah, seperti pemberlakuan NKK/BKK. Lihat saja, kita dapat menyaksikan hasil kreatifitas mereka seperti pembentukan Kelompok Studi, Pers Mahasiswa, Organisasi Non-pemerintah atau LSM dan Komite Rakyat.
Adapun metode penelitian yang penulis terapkan di sini sesuai dengan kaidah penelitian sejarah yaitu yang terdiri dari heuristik, verifikasi, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Di samping itu penulis juga melibatkan wawancara terstruktur untuk menambah analisa penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.
Penulis meyakini tujuan penelitian ini setidaknya dapat menambah literatur mengenai gerakan mahasiswa yang sudah ada. Terkhususnya gerakan mahasiswa yang terjadi di tataran lokal. Lebih jauh, penelitian ini juga bertujuan agar mahasiswa menjadi tahu dan memahami apa latar belakang, bagaimana metode yang digunakan, serta keberhasilan dan kegagalan terhadap sebuah gerakan mahasiswa.
Collections
- SP - History [227]